
Ratu Sunandha adalah satu dari tiga istri Raja Thailand, Chulalongkorn, yang dikenal membuat terobosan di kerajaannya, seperti menghapus perbudakan.
Tragis saat kematiannya, sang Ratu telah memiliki seorang putri dan sedang menanti kelahiran anak keduanya.
Pada Mei 1880, ketika Ratu Sunandha berusia 19 tahun, ia sedang dalam perjalanan menuju lokasi peristirahatan kerajaan di luar ibu kota Kerajaan saat itu.
Ratu Sunandha ditemani oleh Putri Karnabhorn yang belum berusia 2 tahun dan sekelompok pengawal serta pelayan.
Untuk dapat sampai di istana saat musim panas tersebut, kendaraan ratu harus menyeberangi Sungai Chao Phraya, sungai yang paling besar di Negeri Gajah Putih itu.
Ratu Sunandha dan putri dikawal oleh perahu terpisah yang ditarik perahu lebih besar untuk membawa mereka ke sungai tersebut.
Namun, karena kuatnya arus sungai, perahu kerajaan terbalik dan jatuh ke air.
Anehnya, tak satupun dari anggota rombongan kerajaan yang membantu mereka.
Semestinya, semua orang mengikuti perintah pengawal utama untuk membantu para bangsawan yang tenggelam, namun mereka tidak.
Ketiga nyawa keluarga kerajaan hilang ditelan sungai, sementara pelayan dan pengawal mereka hanya berdiri dan menonton.
Para pengawal, dan semua orang di tempat kejadian, ternyata mematuhi hukum Siam tua dan sangat kaku yakni tidak memperbolehkan orang biasa untuk menyentuh anggota keluarga kerajaan.
Wajar saja, melanggar hukum ini dapat dihukum mati pada masa itu.
Menurut Misfit History, selain hukum, diduga, menyelamatkan seseorang yang tenggelam di sungai akan dikaitkan dengan kemalangan dan jika seseorang menawarkan bantuan kepada orang yang tenggelam berarti ikut campur dengan roh yang hidup di air.
Setelah peristiwa tragis tersebut, Raja Chulalongkorn memenjarakan petugas yang tidak memberikan perintah untuk menyelamatkan istrinya.
Raja sangat berduka atas kematian Ratunya yang dikatakan sebagai orang yang paling dia cintai.
Prosesi pemakaman Ratu Sunandha mungkin merupakan pemakaman paling mahal dalam sejarah kerajaan Asia ini.
Raja juga melakukan banyak pekerjaan untuk menyelesaikan istana musim panas, lokasi yang bakal dikunjungi sang istri di hari kematiannya.
Di halaman belakang istana, dia menempatkan prasasti untuk Sunandha Kumariratana dan anak-anak.
Prasasti ini sebagai pengingat akan keadaan luar biasa yang mengakhiri hidup mereka terlalu cepat.
Comments
Post a Comment